Beranda | Artikel
Hukum Aqiqah untuk Bayi yang Meninggal
Senin, 18 April 2022

Hukum Aqiqah untuk Bayi yang Meninggal

Pertanyaan:

Apakah aqiqah juga afdhal dilaksanakan di hari ke-7 setelah kelahiran nya?

Dari: Zulkarnain di Sleman

Jawaban:

Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salaamu ‘ala Rasulillah wa ba’du.

Aqiqah memiliki keutamaan yang sangat besar, sebagaimana dikabarkan di dalam hadis shahih dari sahabat Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Ahmad 20722, at-Turmudzi 1605, dan dinilai shahih oleh al-Albani).

Imam Al-Khattabi rahimahullah menerangkan makna hadis ini dengan menukil keterangan Imam Ahmad,

قال أحمد: هذا في الشفاعة يريد أنه إن لم يعق عنه فمات طفلاً لم يُشفع في والديه

Imam Ahmad berkata, ”Makna tergadaikan di sini adalah terhalang dari syafaat. Jika tidak diaqiqahi, kemudian anak meninggal sebelum baligh, maka orang tua terhalang dari syafaat anak.”

(Lihat: Al-Mifshal fi Ahkam Al-Aqiqah, hal. 30)

Penjelasan Imam Ahmad di atas dikuatkan oleh Ibnu Hajar –rahimahullah-,

اختلف الناس في هذا، وأجود ما قيل فيه: ما ذهب إليه أحمد بن حنبل قال: هذا في الشفاعة، يريد أنه إذا لم يعق عنه فمات طفلاً لم يشفع في أبويه

“Para ulama berbeda pendapat tentang makna “anak tergadai sampai diaqiqahi”. Namun pendapat yang paling bagus adalah yang dipegang oleh Imam Ahmad bin Hambal, beliau mengatakan, “Hadis ini berkenaan syafa’at” Maksud beliau jika anak belum ditunaikan aqiqahnya lalu meninggal saat masih kecil, maka kedua orangtuanya tidak bisa mendapat syafaatnya.” (Fathul Bari, jilid 12 hal. 410)

Mengingat keutamaan yang besar ini, maka tetap dianjurkan mengaqiqahi bayi yang lahir meskipun telah meninggal.

Sebagaimana dijelaskan dalam Fatwa Lajnah Da-imah (Majelis Fatwa dan Ulama Senior Saudi Arabia) berikut,

إذا توفي الحمل بعد نفخ الروح فيه، وسقط من بطن أمه فإنه يغسل ويكفن ويصلى عليه ويدفن، ويستحب أن يسمى وأن يعق عنه وهو ما تسمونه الطلوعة، والسنة عن الذكر اثنتان وعن الأنثى واحدة من الغنم كل واحدة تجزئ في الأضحية. وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

“Jika janin meninggal setelah ditiupkan ruh, kemudian ibunya keguguran, maka janin itu dimandikan, dikafani dan disholatkan, kemudian dikuburkan. Disunnahkan diberi nama dan diaqiqahkan. Bagi anak laki-laki dua kambing, anak perempuan satu kambing, kriterianya adalah kambing yang sah untuk qurban. Semoga Allah memberikan taufiq, shalawat serta salam untuk Nabi kita Muhammad serta keluarga dan para sahabat beliau.” (Fatwa Lajnah Da-imah jilid 10 hal. 459-460)

Selain itu, bayi yang sudah ditiupkan ruh (yakni sejak umur 4 bulan di dalam kandungan), sudah dihukumi sebagai manusia. Yang kelak di hari kiamat akan dibangkitkan. Sehingga dianjurkan diaqiqahkan.

Sekian….

Wallahu a’lam bish shawab.

***

Dijawab oleh: Ustadz Ahmad Anshori, Lc.

(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Quran Jogjakarta, dan Pengasuh Thehumairo.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/38331-hukum-aqiqah-untuk-bayi-yang-meninggal.html